Selasa, 24 Mei 2016

PENGERTIAN KADER DAN KADERISASI

Pengertian Kader dan Kaderisasi

Untuk dapat benar-benar memahami makna dan titik penting kader dan kaderisasi, logisnya kita menjelaskan dulu pengertian kedua term tersebut, baik secara etimologi, terlebih terminologi. Kader berasal dari bahasa Yunani, yaitu cadre, yang berarti bingkai. Sementara secara terminologi, kader adalah subyek yang berada dalam suatu organisasi yang bertugas mewujudkan visi-misi organisasi tersebut. Dari pengertian tersebut, kemudian kita dapat memahami pengertian kaderisasi yang merupakan proses yang dilakukan para kader organisasi dalam mewujudkan visi-misi organisasi. Kaderisasi yang dilakukan oleh para kader tersebutlah yang kemudian membingkai gambaran organisasi agar terlihat lebih jelas dan membedakannya dengan yang bukan gambar ataupun gambaran organisasi lain.

 Jenis-Jenis Kader

Organisasi merupakan kumpulan beberapa individu yang satu tujuan (visi-misi). Yang menjadi pengkhusus organisasi dibanding kumpulan beberapa individu yang lain seperti komunitas, gang dan lainnya adalah sifatnya yang terstruktur, normatif dan sistematis. Terstruktur karena dalam suatu organisasi terbagi beberapa tingkatan dengan tugas dan tanggung jawab masing-masing sesuai kapasitas. Normatif karena dalam suatu organisasi berisikan beberapa norma atau kaidah mengenai apa yang harus dan tidak boleh dilakukan. Di mana setiap anggota organisasi yang mematuhidan melanggar norma tersebut akan dikenakan apresiasi dan sanksi. Sistematis karena dalam suatu organisasi setiap anggota organisasi bekerja dalam suatu sistem dalam rangka mewujudkan tujuan (visi-misi) organisasi tersebut. Perbedaan kapasitas dan dedikasi yang dilakukan oleh setiap anggota terhadap suatu organisasi meniscayakan perbedaan posisi dalam suatu struktur. Prinsip umumnya adalah jika suatu subyek yang kecil (anggota) mengelola obyek yang besar (organisasi) kemungkinan besarnya adalah obyek yang besar tersebut akan mengecil. Kemungkinan kecilnya adalah subyek yang kecil tersebut ikut membesarkan obyek yang memang sudah besar tadi. Kemungkinan kecil tersebut dapat menjadi besar, selama subyek yang dimaksud memperbesar pikiran dan tindakannya. Ditinjau dari kapasitas dan dedikasi yang telah dilakukannya dalam suatu organisasi, hanya akan terbagi 2 jenis anggota; senior dan junior. Senior adalah anggota (subyek) yang melakukan kaderisasi pada anggota organisasi lainnya. Sementara junior adalah anggota (obyek) yangharus melewati kaderisasi yang dilakukan oleh anggota lainnya. Dari kaderisasi yang dilakukanantara senior dan junior akan melahirkan 3 jenis anggota organisasi anggota yang memiliki junior tapi tidak memiliki senior di atasnya, anggota yang memiliki junior dan juga memiliki senior di atasnya, dan.Anggota yang tidak memiliki junior tapi memiliki senior di atasnya. Dari klasifikasi di atas, kemudian dapat dibedakan antara kader dan yang bukan kader. Anggota tingkat pertama merupakan kader terbaik bahkan dapat dikatakan pendiri organisasi. Anggota tingkat kedua merupakan kader yang bertugas membantu kader tingkat pertama dalam melakukan kaderisasi demi terwujudnya tujuan (visi-misi) organisasi. Sedangkan anggota tingkat terakhir adalah calon kader yang merupakan target kaderisasi yang juga termasuk bagian dari proses mewujudkan tujuan suatu organisasi. Contoh kader-mengkader yang tepat adalah Socrates yang mengkader Plato dan Aristoteles. Bagi Indonesia sendiri, kita dapat mencontoh H.O.S Cokromianoto yang mengkader Soekarno.

Faktor-Faktor Progresivitas Kaderisasi

 Aristoteles mengajarkan kita mengenai 4 macam sebab yang membuat suatu akibat dapat eksis. 4 macam sebab yang dimaksud, yaitu; 1.Sebab Efisien, adalah sebab yang bertugas sebagai subyek yang mengadakan akibat. Misalnya roti adalah suatu akibat, maka sebab efisiennya adalah koki. 2.Sebab Final, adalah sebab yang bertugas sebagai tujuan universal yang mengadakan akibat. Misalnya roti adalah suatu akibat, maka sebab finalnya adalah makanan. 3.Sebab Formil adalah sebab yang bertugas sebagai tujuan partikulir (bentuk) yang mengadakan akibat. Misalnya roti adalah suatu akibat, maka sebab formilnya adalah donat. 4.Sebab Materil adalah sebab yang bertugas sebagai susunan (bahan-bahan) yang mengadakan akibat. Misalnya roti adalah suatu akibat, maka sebab materilnya adalah tepung terigu, telur, air dan lainnya. Sebab-sebab tersebut dapat pula dinamakan faktor-faktor. Jika dikaitkan kembali pada konteks kaderisasi, maka faktor-faktor yang mengembangkan atau progresivitas kaderisasi, tentunya juga terdapat 4 faktor, diantaranya; 1.Faktor senior. Senior yang dimaksud di sini adalah senior secara umum, baik anggota tingkat pertama, maupun kedua. Untuk anggota tingkat pertama, pemikiran dan tindakan mereka yang menjadi penentu progresivitas kaderisasi. Betapa tidak, kader terbaik inilah yang menjadi sebab awal atau pendiri suatu organisasi. Merekalah founding father yang menentukan cetak biru, norma dan tujuan organisasi. Tidak dapat dimungkiri, anggota tingkat kedua juga termasuk senior yang menjadi faktor progresivitas kaderisasi. Semakin besar kapasitas dan dedikasinya dalam kaderisasi, maka semakin besar pula perannya sebagai faktor progresivitas kaderisasi. Karena kapasitas dan dedikasi tidak berbicara lagi tentang siapa yang lebih dulu hadir dalam suatu organisasi, tapi siapa yang paling berperan dan dibutuhkan dalam suatu organisasi. 2.Faktor Tujuan. Tujuan atau visi-misi organisasi merupakan salah satu bagian penting dalam progresivitas kaderisasi. Tujuan tidak boleh terlalu tinggi, hal itu membuat anggota sulit mencapainya. Tujuan juga tidak boleh terlalu rendah, karena membuat anggota tidak bekerja cerdas dan keras untuk mencapainya. Tujuan inilah yang menjawab pertanyaan mau di bawa kemana kaderisasi tersebut. Tujuan sering dilekatkan dengan visi-misi. Visi yang diserap dari bahasa Inggris, yaitu vision berarti pandangan ke depan terhadap apa yang di lihatnya hari ini. Sementara misi yang juga diserap dari bahasa Inggris, yaitu mission berarti langkah-langkah dalam mewujudkan misi tersebut. Visi dan Misi tidak dapat dilepaskan dari kaderisasi dalam suatu organisasi. 3.Faktor Keteladanan. Senior yang bertugas mengkader junior harus mempertanyakan ke dalam dirinya sendiri sebelum mengkader bahwa junior yang ia kader mau dibentuk menjadi kader yang seperti apa? Jawaban yang paling logis adalah menjadi kader seperti dirinya atau bahkan melebihi dirinya sendiri. Tentulah keteladanan harus menjadi prinsip dari setiap senior. Karena junior yang ia kader akan meneladani pemikiran dan tindakannya. Di mana senior yang diteladani juga meneladani pemikiran dan tindakan senior yang mengkadernya. Pertanyaannya kemudian adalah siapa yang diteladani oleh kader terbaik atau anggota tingkat pertama? Mereka meneladani tujuan yang termaktub dalam visi-misi, norma atau konstitusi organisasi. Itulah mengapa kader terbaik sering diasosiakan pada mereka yang pemikiran dan tindakannya paling sesuai dengan tujuan organisasi, terlepas apakah ia yang paling awal atau belakangan masuk dalam suatu organisasi. 4.Faktor Program Kerja. Umumnya, program kerja merupakan perwujudan kongkrit suatu tujuan organisasi yang konsisten dilakukan 1 hingga 5 tahunan. Keberhasilan mewujudkan program kerja akan mendapatkan penghargaan, baik dari pihak internal organisasi, maupun eksternal organisasi. Sementara kegagalan atau kurangnya perwujudan program kerja akan mendapatkan sanksi, baik sanksi administratif, denda, maupun sanksi moral. Keberhasilan dan kegagalan tersebut dapat terlihat jelas dan lengkap dalam rapat akhir untuk laporan pertanggung- jawaban. Akumulasi dan optimalisasi program kerja mengakibatkan suatu pola kaderisasi yang progresif. 

Memaknai Pentingnya Kaderisasi

 Akhirul kata, untuk menjawab pertanyaan apakah kaderisasi bermakna dan penting dapat kita mempertanyakan kembali; apakah ada manusia yang sempurna dengan sendirinya? Jika tidak, kaderisasi adalah jawaban bagi proses manusia menuju kesempurnaan. Kaderisasi itu bermakna karena menjadikan manusia semakin memanusiakan dirinya dan juga manusia lain. Meningkatkan nilai-nilai kemanusiaanya. Kaderisasi itu penting karena dari dulu hingga sekarang dan di daerah mana saja dilakukan oleh manusia (universal), dilakukan oleh manusia yang satu terhadap manusia lainnya (obyektif) dan tanpa kaderisasi manusia akan menghilangkan nilai-nilai kemanusiaannya (substansial). Jadi, berapakah kadermu sekarang?

Profil Kepemimpinan Ahmadinejad

AHMADINEJAD 
Profil dan Biografi Mahmoud Ahmadinejad. Dikenal sebagai salah satu pemimpin yang mempunyai kesederhanaan. Mahmoud Ahmadinejad atau bisa dibaca Ahmadinezhad dilahirkan pada tanggal 28 Oktober 1956. Ia adalah mantan Presiden Iran yang keenam. Jabatan kepresidenannya dimulai pada 3 Agustus 2005. Ia pernah menjabat walikota Teheran dari 3 Mei 2003 hingga 28 Juni 2005 waktu ia terpilih sebagai presiden. Ia dikenal secara luas sebagai seorang tokoh konservatif yang mempunyai pandangan Islamis. Lahir di desa pertanian Aradan, dekat Garmsar, sekitar 100 km dari Teheran, sebagai putra seorang pandai besi, keluarganya pindah ke Teheran saat dia berusia satu tahun. Dia lulus dari Universitas Sains dan Teknologi Iran (IUST) dengan gelar doktor dalam bidang teknik dan perencanaan lalu lintas dan transportasi.
Kepemipinan Ahmadinejad
Dunia barat memandang Ahmadinejad sebagai pemimpin kontroversial. Menjadi ancaman bagi perdamian dunia yang sebenarnya tidak pernah damai. Apapun setigma yang dicapkan Ahmadinejad tidak mengurangi karismatik yang dimilikinya. Dari pernyataan dan sikapnya, apapun yang melatarbelakanginnya, entah kepentingan politik dalam negeri atau luar negeri Ahmadinejad sebagai seorang pemipin memiliki karakter yang dapat menjadi teladan bagi pemimpin dunia lainnya.

  1. Berani: Apa yang diungkapkan oleh Ahmadinejad terkait ketidakadilan di forum PBB adalah rahasia umum yang tidak hanya diketahui oleh seorang presiden, orang biasa dan anak sekolah pun tahu. Namun dia berani mengungkapkan unek-unek dunia di forum PBB. Politik luar negeri yang ditempuh Ahmadinejad sepenuhnya untuk mempertahankan kedaulatan negaranya. Sedangkan, didalam negerinya dia tidak segan untuk berhadapan dengan kaum liberal dan sekluer dari kelas atas yang tediri dari orang-orang kaya di Iran yang hanya mementingkan diri sendiri.
  1. Tegas: Baik didalam dan diluar negeri, Ahmadinejad terkenal dengan ketegasanya. Berani mengambil sikap tidak populer di kancah internasional yang menyebabkan Iran selalu dijatuhi sangsi. Didalam negeri, Ahmadinejad tegas mengambil sikap terhadap pejabat yang melakukan penyelewengan dan tidak patuh terhadap konstitusi.
  1. Sederhana:Untuk yang satu ini tidak diragukan lagi, dan mingkin satu-satunya presiden yang paling sederhana di dunia. Setelah menjadi presiden Ahmadinejad masih menempati rumah pribadinya yang sederhana, naik pesat terbang dengan kelas ekonomi, breakfast hanya dengan sandwiches atau roti yang disiapkan oleh istrinya. Bahkan ada salah satu foto yang menggambarkan dia tidur di lantai di ruang tamu dengan bantal matras. Sebagai Presiden Ahmadinejad tidak pernah mengambil gajinya dengan alasan masih banyak rakyatnya yang dihdup kekurangan. Dan yang paling mengagumkan sebagai seorang presiden ketika Sholat Berjamaah dia tidak harus berada di barisan paling depan.
Setelah mengetahui hal tersebut, tidak heran jika Ahmadinejad terpilih selama dua periode menjadi presiden Iran. Tiga karakter Ahmadinejad sebagai seorang pemimpin diatas menjadikan dia dicintai rakyatnya, walaupun diluar negaranya dia dipandang sebagai ancaman, dihujat dan dikucilkan dari pergaulan internasional.
Dalam padangannya, seperti pada umumnya pemimpin dari timur Ahmadinejad menentang keras ide kenegaraan “seperation of church and state” (atau mosque and state for that matter) yang mengindikasikan atau berjutuan “seperation of power and ethical bahavior” (memisahkan kekuasaan dengan tingkah laku etika atau moral). Pada sebuah kesempatan di depan mahasiswa Amir Kabir University pernah menjelaskan tujuan pemerintahannya yang diantaranya:
  •   The first thing to act justly, is to stop those that want more than they deserve and all their wishes fulfilled.
  •   We aren’t fighting the private sector, but we are against people thinking they own the country.

Pandangan Ahmadinejad
Ahmadinejad juga mengukapkan Padangan keterkaitan barat dengan korupsi yang terjadi di negaranya dengan kesimpulan sbb:
So, di dunia nyata baik buruk seseorang adalah tergantung pada yang menilainya. Yang pasti bagi seorang pemimpin adalah menjalankan sepenuhnya apa yang dia yakini apapun konsekwensinya. Pemimpin yang baik sadar betul bahwa kunci keharomisan dalam suatu organisasi atau masyarakat adalah keadilan. Ahmadinejad berani menyuarakan keadilan, tegas menentang kelaliman, didepan pemipin Amerika dan Barat dia sigap waspada, berdiri sama tinggi duduk sama rendah, didepan pemuka agama dia tunduk memohon doa restu. Bukan sebaliknya, pemuka agama yang memohon restu pada penguasa. Itulah sekilas tentang kepemimpinan Ahmadinejad sebagai Presiden Iran yang saya tangkep. Lainnya, terserah masing-masing.